Guru Madrasah Hebat dan Bermartabat Sesuai Slogan Pendidikan Madrasah
Guru madrasah hebat merupakan harapan dan tujuan dari setiap unsur yang terlibat dalam pendidikan di madrasah. Hal tersebut sejalan dengan tekad Kementerian Agama untuk menjadikan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang unggul di setiap daerah, menyongsong Indonesia emas dan memperkuat program Nawa Cita.[baca: Slogan Baru madrasah Hebat Bermartabat]Tentunya, untuk mendukung program Kemenag tersebut diatas; madrasah yang hebat dan bermartabat harus juga didukung dengan guru madrasah hebat. Lantas, menjadi tugas pengelola pendidikanlah untuk membentuk dan membina calon-calon guru madrasah yang hebat dan bermartabat. Dengan tujuan agar terselenggara dan tercapainya program.
Sebuah kalimat bijak mengatakan bahwa “Bila ingin melihat kualitas suatu bangsa maka lihatlah kualitas gurunya”. Guru yang berkualitas akan memiliki karakter yang baik, yang mana perilakunya dapat ditiru oleh peserta didik.
Indikator, Ciri dan Karakter Guru Hebat
Dari berbagai sumber, didapatkan kesimpulan bahwa indikator guru hebat sebagai berikut:- Self Development yaitu selalu mengembangkan diri sesuai dengan tuntutan regulasi maupun tuntutan kondisi di lapangan.
- Self Supervision yaitu guru yang senantiasa mengawasi dirinya dalam melaksanakan tugasnya tidak memerlukan pengawasn orang lain, karena meyakini bahwa ada yang Maha Mengawasi Yaitu Allah SWT.
- Self Sertification yaitu penjaminan diri bahwa dirinya layak menyandang profesi sebagai seorang guru baik dilihat dari kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian maupun kompetensi sosial nya, sehingga masyarakat menilai guru tersebut "pantas" menjadi guru.
- Self Mission yaitu guru memiliki misi dalam melaksanakan tugasnya selalu ada keinginan untuk menjadi guru yang hebat.
- Self Integrity yaitu memiliki itegritas diri, kesatuan antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan.
Sejalan dengan rangkuman diatas, Agustina Soebachman dalam bukunya yang berjudul Saatnya Anda Menjadi Guru Terhebat (2014: 79), menyampaikan bahwa indikator guru yang hebat yaitu: Kualitas Diri, Integritas Moral, Kedalaman Ilmu, Keterampilan dan Komitmen.
Indikator Minimal Seorang Guru Yang Hebat
Namun demikian, Muhbib Abdul Wahab yang seorang Dosen Bahasa Arab pada FITK UIN Jakarta; mengutarakan pendapatnya mengenai guru hebat yang secara minimal harus memiliki indikator berikut:
- Memiliki keinginan untuk mengenal, menyentuh hati siswa serta melibatkannya dalam proses pembelajaran. Ketika berkomunikasi dengan mereka , guru harus bisa melakukan kontak mata sekaligus kontak hati. Semakin mengenal jati diri siswanya, guru seharusnya semakin arif dan bisa mendekati serta membangun kerjasama yang saling menguntungkan.
- Mengomunikasikan tujuan dan harapan secara eksplisit. Ketika mengawali proses pembelajaran di dalam kelas, idealnya guru dapat meyakinkan mereka bahwa tujuan dan harapan yang hendak dicapai pada jam pelajaran ini penting dan baik.
- Menyiapkan dan menjadikan bahan ajar menarik, menantang, dan merangsang (menstimulir).
- Mendorong siswa berpikir kritis dan kreatif, dan memberanikan mereka menerapkan pengatahuan yang sudah dipahaminya secara praktis. Guru bahasa Arab misalnya harus mampu member contoh berbicara dalam bahasa Arab secara baik berikut membisakan dan membiasakan mereka berbahasa Arab.
- Melakukan kontekstualisasi dengan dunia nyata. Materi yang diajarkan seoptimalkan mungkin dikaitkan dengan perkembangan sosial, budaya, ilmu, pendidikan dan sebagainya, sehingga menjadi lebih menarik dan dinamis.
- Masuki “dunia siswa, dan jangan paksakan dunia guru dimasukkan dalam dunia mereka.” Senada dengan itu, Imam Ali bin Abi Thalib menyatakan: “Didiklah anak-anak sesuai dengan konteks zaman mereka, karena mereka akan hidup di zaman yang berbeda dengan zaman kalian.”
Prinsip Pembelajaran Yang Harus Dimiliki Oleh Guru Madrasah Hebat
Mengaju pendapat Hadi Suwarno (Manajer Pendididikan Sekolah Bakti Mulya 400 Jakarta), beliau berpendapat bahwa seorang guru yang hebat harus pula menerapkan prinsip-prinsip dalam pembelajaran. Dengan demikian maka akan tercipta proses belajar mengajar yang efektif, efisien dan tepat sasaran.Prinsip Pertama: Learning is Fun
Ajak siswa bergembira. Berprinsiplah ‘learning is fun’ belajar itu menyenagkan. Rasa senang yang tercipta dalam suasana belajar akan memudahkan siswa menerima materi pelajaran. Hal ini sesuai dengan cara kerja otak manusia ketika belajar berlangsung dengan mengasyikkan dan menyenangkan maka pintu masuk informasi akan terbuka. Makin menyenangkan makin banyak informasi yang diperoleh olelah siswa.Rasa senang dalam belajar adalah masalah suasana hati yang bisa diciptakan guru. Jangan menunggu suasana hati gembira kemudian belajar dimulai. Akan tetapi mulailah kegiatan yang bisa membuat seuasana hati gembira muncul. Nah untuk hal itu lakukanlah hal-hal berikut: desain ruang kelas dengan berbagai warna dan gambar yang menarik.
Ciptakan kelas dengan setting yang berganti-ganti temanya bahkan bisa jadi seperti suasana pesta. Lengkapi dengan sound audio yang memungkinkan untuk diputar musik pengiring baik klasik maupun kontemporer. Gunakan aroma terapi yang memungkinkan siswa dalam keadaan relaks namun siaga. Lakukan kegiatan apersepsi dan selingan berupa permainan kelompok, sosiodrama, bernyayi, tebak kata, kuis, kontes berhadiah dan sebagainya
Prinsip Kedua: Kontekstual
Kaitkan belajar dengan dunia nyata. Pembelajaran intinya mendewasakan peserta didik sesuai potensi dan kebutuhannya. Pemikiran inilah yang menjadi dasar pembelajaran kontekstual.Untuk melaksanakan pembelajaran kontekstual yang dilakukan adalah: mengkaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Mengaitkan dengan kehidupan nyata yang dihadapi siswa sehari-hari. Memulai pembelajaran dengan keadaan terdekat siswa. Memilih informasi berdasarkan kebutuhan siswa. Membangun kegiatan belajar atas dasar partisipasi siswa untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah. Serta, membangun kesadaran perilaku positif atas dasar keperluan bersama
Prisip Ketiga: Durasi Waktu
Atur durasi. Tidak ada ketentuan yang baku tentang pembagian waktu antara kegiatan guru dan kegiatan siswa. Namun secara umum pengaturan durasi kegiatan belajar terdiri dari 30 persen untuk kegiatan guru dan 70 persen untuk kegiatan siswa. Untuk kegiatan yang bersifat banyak kegiatan motorik bisa membuat pengaturan 20 persen umpengaturan kegiatan guru dan 70 persen untuk kegiatan siswa.Dengan demikian pengaturan durasi tersebut proporsi kegiatan guru lebih banyak porsinya daripada kegiatan siswa. Meskipun durasi kegiatan guru terlihat sedikit namun meliputi rangkaian kegiatan yang utuh untuk seluruh pembelajaran. Sehingga fungsi tersebut lebih banyak digunakan sebagai fasilitator daripada sebagai narasumber.
Prinsip Keempat: Modalitas
Gunakan modalitas siswa dalam belajar. Modalitas siswa ada tiga tipe yaitu visual, auditori dan kinestetik. Siswa dengan tipe visual akan lebih mudah belajar dengan cara mengamati. Siswa tipe auditori lebih mudah belajar dengan cara mendengar. Sedangkan siswa dengan tipe kinestetik akan lebih mudah dengan cara praktek langsung.Prinsip Kelima: Variatif
Lakukan variasi kegiatan. Dr Vernon A Magnesen (1983) menegaskan, bahwa persentase keberhasilan kita menyerap informasi dan menyimpannya dalam memori ketika belajar adalah: 10 persen dari apa yang kita baca, 20 persen dari apa yang kita dengar, 30 persen dari apa yang kita lihat, 50 persen dari apa yang kita lihat dan dengar, 70 persen dari apa yang kita katakan, dan 90 persen dari apa yang kita katakan dan kerjakan.Oleh sebab itu guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar baik secara mental, fisik maupun sosial. Guru inspiratif itu bagaimana mengajarkannya untuk kita. Kita tak hanya mendengar guru yang sedang bicara. Tak hanya mengamati apa yang didemonstrasikan. Tetapi kita juga bisa berperan, menghayati, melakukan hal spesesifik dalam pelajaran. Kita diberi peran yang sesungguhnya dalam pembelajaran itu.
Guru Madrasah Hebat dan Bermartabat
Dari sekian banyak uraian diatas, tentunya dapat menjadi renungan dan pelajaran bagi setiap guru madrasah. Guru madrasah hebat yang diimpikan dapat tercapai dengan adanya keinginan yang kuat untuk meningkatkan kualitas setiap aspek keguruan. Setiap guru madrasah harus secara terus menerus mengeksplorasi pengetahuan, berinovasi, berimprovisasi dan berkreasi. Sehingga dengan demikian, kualitas pendidikan madrasah dapat terus menerus meningkat.Penulis: Imas Rohaeni
No comments:
Post a Comment